Anyaman tunggal. Teknik anyaman tunggal merupakan metoder dalam mana bambu dianyam satu-satu (secara tunggal). Teknik sekarang digunakan akan buat benda-benda dengan saringan, tampan, cerangka, daran lain-lain. · Jual Tatami Tikar Bambu Anyaman bilik. Teknik anyaman bilik merupakan metoder dalam mana bambu dianyam lewat silang berurutan (dua-dua). CARA MEMBUAT ANYAMAN TIKAR DARI DAUN PANDAN DURI Tumbang Baraoi - Masyarakat Desa Tumbang Baraoi cukup terampil membuat anyaman tikar dari daun sejenis Pandan Duri. Kerajinan tangan yang diolah menggunakan tanaman dari kelompok Pandanus ini umumnya hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari misalnya tikar untuk menjemur padi, mengeringkan daging atau ikan serta untuk alas lantai. Selain dijadikan tikar, daun tanaman ini juga biasa dianyam membentuk lanjung atau luntung, yaitu sejenis bakul atau keranjang yang dibawa seperti ransel. Fungsinya macam-macam, mulai dari memuat hasil sayuran yang dipetik di ladang hingga memuat perlengkapan mandi berupa sabun dan pakaian ketika pergi ke sungai. Membuat Anyaman Tikar dari Daun Pandan Duri Pandan Duri tumbuh secara liar, dihutan-hutan terutama disekitar aliran air. Panjang daunnya bisa mencapai sekitar dua meter, teksturnya agak tebal dan keras di banding pandan wangi. Ukurannya lebih besar dan memiliki duri-duri tajam di sisi-sisi daunnya. Cara memanfaatkan dauan Pandan Duri untuk pembuatan tikar secara sederhana sebagai berikut ALAT DAN BAHAN a. Alat 1. Pisau atau parang 2. Penjepit dari bambu 3. Nilon atau benang pancing 4. Gunting atau cutter b. Bahan 1. Daun Pandan duri atau daun Kajang 2. Pewarna jika diperlukanLangkah-langkah membuat anyaman tikar dari daun Pandan Pertama-tama potong daun pandan duri pada bagian pangkalnya menggunakan pisau atau parang. Pandan duri ini adalah sejenis pandan liar yang banyak tumbuh di hutan-hutan. Sesuai namanya, Pandan ini memiliki duri-duri pada sisi daunnya, oleh karena itu perlu hati-hati saat memotongnya. Setelah daun Pandan duri terkumpul, bersihkan dan buang durinya menggunakan pisau. Kemudian belah menjadi dua atau empat bagian, tergantung selera. Untuk membelahnya masyarakat sekitar biasanya menggunakan nilon atau benang pancing. Namun jika belum terbiasa bisa menggunakan pisau Jemur daun tersebut sampai kering, lama penjemuran bervariasi tergantung terik matahari, namun umumnya memakan waktu 2-5 hari. Daun yang sudah kering kemudian di luruskan sekaligus dilembutkan dengan cara dijepit dengan penjepit dari bambu kemudian daun ditarik dari pangkal sampai ujungnya. Cara lain dapat juga dengan menggesekannya pada bilah kayu seperti cara menghaluskan kulit ular untuk keperluan bahan kulit. Jika ingin dilakukan pewarnaan, maka daun tersebut celupkan pada pewarna yang telah dilarutkan dalam air dan dipanaskan direbus. Setelah pewarnaan, daun Pandan duri atau daun Kajang dikeringkan lagi sebelum dianyam. Selanjutnya, anyam daun menjadi tikar sesuai dengan teknik dan pola anyaman yang dikuasai. Teknikyang digunakan untuk membuat bahan pakaian bermotif dengan menggunakan canting. Tikar, topi, tempat tisu dan bakul nasi merupakan benda benda yang dibuat dengan teknik. OTHER SETS BY THIS CREATOR. Bab 2 bagian A. Seminar Nasional Teknologi Bambu Terkini,12 Juli 2006, Jurusan Teknik Sipil UGM. Figures - uploaded by Jauhar FajrinAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Jauhar FajrinContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pengembangan Alat dan Proses untuk Melengkungkan Bambu dengan Cara Penguapan Jauhar Fajrin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Unram Jl. Majapahit No. 62 Mataram, 83125 Email joharmaci Abstrak Teknik melengkungkan bambu yang umum dikenal di Indonesia adalah dengan cara memanaskan obyek didekat api kemudian dilengkungkan. Kelemahan cara ini adalah adanya bekas yang berwarna hitam pada bahan yang dilengkungkan karena terbakar dan ini tentu mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Artikel ini akan membahas mengenai cara lain untuk melengkungkan bambu, yaitu dengan cara yang berbasis pada metode penguapan. Proses ini dimulai dengan cara menguapkan bahan bambu yang masih segar didalam sebuah tabung. Bambu yang sudah agak kering direndam terlebih dahulu. Kemudian kedalam tabung dialirkan uap yang berasal dari ketel pemanas air. Setelah diuapkan selama lebih kurang satu jam, bambu kemudian dikeluarkan dari tabung penguapan. Bambu kemudian dibentuk sesuai dengan pola yang diinginkan. Rangkaian alat ini terdiri dari tiga bagian, yaitu; pembangkit uap, tabung penguapan dan mal/pola. Ada tiga model tabung penguapan yang dikembangkan; bahan pipa paralon, tabung seng yang dilapisi kayu dan tabung beton. Pola atau mal untuk membentuk bambu sesuai dengan keperluan dibuat dari bahan teakwood berlapis. Hasil ujicoba alat menunjukan hasil yang memuaskan. Bambu bisa dibuat berbentuk sebuah lingkaran penuh berbentuk lapisan dengan menggunakan perekat. Cabang bambu juga bisa dibentuk sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan sebuah produk kerajinan yang menarik. PENDAHULUAN Secara tradisonal, bambu telah umum dijadikan sebagai bahan baku kerajinan baik dengan memanfaatkan batang maupun bagian lain dari bambu seperti ranting dan bonggol akarnya. Namun demikian desain dan model produk yang dihasilkan masih terbatas pada produk-produk yang konvensional. Untuk menghasilkan produk-produk yang bernilai jual lebih tinggi perlu dilakukan perbaikan-perbaikan proses pengerjaan. Ada satu cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yakni dengan membuat produk-produk kerajinan yang berbentuk lengkung. Untuk membuat produk semacam ini perlu dikuasai teknik untuk melengkungkan bahan, dalam hal ini bambu. Meskipun belum banyak dikenal di Indonesia, teknik pelengkungan bending technics sebetulnya bukan suatu hal yang baru, apalagi pada industri kerajinan dari kayu. Pada usaha mebel skala industri, teknik ini sudah umum digunakan untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, terutama dari sisi desainnya. Melalui cara ini dimungkinkan membuat produk mebel yang indah dan bercita rasa seni tinggi sehingga dapat dijual dengan harga tinggi pula. Peralatan yang dikembangkan berkaitan dengan metode bending ini sudah sangat modern. Kebanyakan ditujukan untuk melakukan produksi secara massal sehingga perlatannya serba otomatis dan terkesan rumit. Tentu saja harganya mahal dan menuntut orang terlatih untuk mengoperasikannya. Disisi lain, sebagian besar industri mebel khususnya di Indonesia justru berada pada skala industri kecil dan menengah dengan modal yang terbatas. Sehingga tidak mengherankan apabila teknologi ini tidak terlalu dikenal dikalangan industri kecil. Teknologi ini dianggap terlalu rumit dan canggih sehingga orang lebih senang membuat produk tradisional dengan cara pengerjaan yang secara turun-temurun sudah dikuasai dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan peralatan dan proses untuk melengkungkan bambu yang praktis, mudah dan murah sehingga bisa diterapkan pada industri mebel dan kerajinan skala kecil-menegah. TINJAUAN PUSTAKA Teknik melengkungkan bambu ini diadopsi dari teknik melengkungkan kayu bending wood yang telah dikenal cukup lama. Proses ini umumnya dilakukan dimulai dengan melunakan serat kayu kemudian baru dibaru dibentuk sesuai keperluan. Untuk melunakan serat kayu dapat dilakukan dengan cara pemanasan. Berbagai cara pemanasan yang dapat dilakukan antara lain dengan merebus, membakar atau menguapkan. Merebus kayu jarang dilakukan, selain karena dapat merusakan serat kayu juga dapat meningkatkan kadar air. Proses pemanasan yang umumnya ditemui di Indonesia adalah dengan cara meletakan bahan didekat api sambil dilakukan proses pelengkungan. Praktek ini sering ditemui pada tempat-tempat kerajinan bambu dan rotan. Cara ini sering menimbulkan terjadinya bercak-bercak berwarna hitam bekas terbakar pada obyek yang dikerjakan. Hal ini menyebabkan berkurangnya mutu dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Sebuah booklet tentang bending wood yang diterbitkan oleh Lee Valley and Veritas LTd, menjelaskan konsep dasar tentang steam bending. Sel-sel kayu diikat secara alami oleh zat yang dinamakan lignin. Sel-sel kayu dapat diibaratkan sebagai susunan batang-batang dimana ruang diantara batang-batang tersebut terisi oleh lignin. Ikatan oleh lignin ini dapat dikurangi dengan cara diuapkan. Proses penguapan dengan tekanan atmosfer pada suhu 212 derajat Fahrenheit selama satu jam per inchi ketebalan kayu dapat melunakan ikatan lignin sehingga kayu dapat dibentuk sesuai dengan keperluan. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah agar jangan sampai penguapan yang diberikan berlebihan sehingga kayu menjadi keriput. Menurut Norm Kidder 2001, ada tiga cara untuk melunakan kayu; pertama, adalah dengan memanaskan air yang ada didalam kayu, bisa dalam bentuk kelembaban, air yang terkandung didalam kayu yang masih segar atau air yang ada karena kayu direndam dahulu dengan cara dipanaskan dengan api atau sumber panas yang lain. Cara kedua adalah dengan membuat uap dahulu, kemudian uap tersebut dimasukan kedalam kayu. Cara ketiga adalah dengan mendidihkan air agar bisa masuk kedalam serat kayu. Proses penguapan perlu dilakukan untuk melunakan serat kayu sebelum dilengkungkan. Satu hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan proses bending ini adalah bahwa serat kayu hanya melunak dalam waktu yang terbatas sehingga kayu perlu segera dilengkungkan sesaat setelah keluar dari wadah penguapan. Kayu yang akan di lengkungkan harus bebas dari segala macam cacat yang mungkin terjadi pada kayu termasuk pada bagian dalam. Demikian pula dengan serat kayu, tipe kayu yang cocok untuk dilengkungkan adalah kayu yang seratnya lurus. Lebih lanjut dikatakan bahwa kayu yang baru saja ditebang sangat mudah dilengkungkan, demikian pula kayu yang dikeringkan udara lebih mudah diproses daripada kayu yang kering oven. Kayu yang sudah kering sebaiknya terlebih dahulu direndam dengan air. Sebaiknya juga kayu yang akan dilengkungkan dibuat lebih panjang dari kebutuhan Jackson, 1996 Sebagai sebuah teknologi yang perkembangannya sudah sangat maju tentu sudah banyak temuan-temuan yang telah dikembangkan untuk dijadikan sebagai referensi pembanding sehingga alat yang dikembangkan sekarang bukanlah duplikasi dari produk lama. Beberapa referensi paten yang dijadikan rujukan dalam pengembangan alat ini dapat dijelaskan pada uraian berikut ini. Paten pertama yang menjadi rujukan adalah paten dengan nomor JP5008202, tahun 1993 dengan judul; processing method and processing device of bent wood, yang diajukan oleh Tamashashi Mitsuhiko. Paten ini memperkenalkan cara melengkungkan kayu melalui satu kali proses. Artinya proses penguapan dan pelengkungan bending dilakukan dalam sebuah tempat yang sama. Setelah kayu dipanaskan dan lunak dalam kondisi temperatur dan tekanan uap yang tinggi, proses bending langsung dikerjakan pada saat yang sama dengan menggunakan sebuah pola moulding yang digerakan secara hidrolis. Semua proses ini berjalan secara otomatis dan berhasil mempercepat proses produksi secara signifikan. Paten kedua atas nama Yoshihara Shigeru, dengan nomor paten JP3180301, tahun 1991 dengan judul bending processing method for wood material. Materi dari paten ini adalah sebuah teknik melengkungkan kayu yang berjari-jari kecil small radius of curvature. Diperuntukan bagi kayu kering dengan cara diimpregnasi dengan air kemudian dipanaskan. Sebelumnya, pada tahun 1982 Zelode Haskel telah mematenkan sebuah alat untuk memanaskan air yang dilengkapi thermostat sehingga secara otomatis bisa mengontrol keadaan uap didalam tabung. Kalau uap sudah berlebihan maka alat tersebut akan mati dengan sendirinya. Paten dengan nomor US4325420 ini juga dijadikan sebagai rujukan dalam usulan ini. Jauh sebelumnya, pada tahun 1954 sebuah paten dengan judul process for bending wood telah diperoleh oleh Roth, Kern dan Kollman di Eropa dengan nomor paten GB709851. Paten tersebut berupa proses melengkungkan kayu dengan perlakuan high-frequency field. Sebelumnya kayu harus dikeringkan dulu sampai mencapai kelembaban yang cocok untuk penggunaan selanjutnya. Rujukan paling akhir adalah sebuah paten yang sedang dipublikasikan dengan nomor application 121671, April 2002 dengan judul unit and methof for bending wood. Materi yang dipatenkan adalah pola dan klem-klemnya yang operasikan secara elektromagnetik. RANCANG BANGUN ALAT Tabung Penguapan Steam Chest Rancangan tabung penguapan pertama kali dibuat dari bahan pipa paralon. Meskipun bisa berfungsi dengan cukup baik pada awalnya, namun tabung paralon ini cepat rusak dan tidak tahan panas. Kemudian dicoba membuat tabung dari gulungan lembaran seng polos dimana bagian luarnya dilapisi dengan kayu usuk supaya panas permukaan tabung tidak mengganggu proses pengerjaan. Prototype ketiga dibuat dari bahan tabung baja yang bagian dalamnya dilapisi dengan seng tipis. model terakhir dibuat berbentuk pipa dari bahan beton fiber. Pada prinsipnya tabung penguapan ini berfungsi sebagai tempat untuk menguapkan bambu yang akan dilengkungkan. Ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kedalam tabung tersebut kemudian dialirkan uap yang berasal dari ketel pemanas. Tabung ditempatkan pada sebuah konstruksi penopang yang bisa dibaut dari bahan apa saja, bisa dari kayu ataupun logam seperti besi atau baja. Tipikal dari rangkaian alat ini seperti yang diperlihatkan oleh gambar berikut. Gambar 1. Model rangkaian alat untuk proses penguapan; tampak keseluruhan instalasi penguapan a, detail sambungan pipa dengan tabung penguapan b. Agar distribusi uap didalam tabung merata keseluruh bagian bambu pada arah memanjangnya, maka didalam tabung dipasang pipa yang diberi lubang pada tiap jarak 5 cm. hal ini perlu dilakukan karena proses pelengkungan menghendaki semua serat kayu berada dalam keadaan plastis pada saat diproses. Bila ada sedikit saja bagian yang tidak plastis, maka hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya kegagalan. Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, ternyata tabung baja ini mempunyai sifat menyerap panas apalagi sebelum proses penguapan tabung berada dalam keadaan dingin. Untuk itu, bagian dalam tabung dilapisi dengan seng tipis polos agar proses penguapan dapat berjalan efektif. Prototipe kedua instalasi penguapan ini terbuat dari bahan seng yang dilapisi dengan kayu usuk dengan penopang terbuat dari kayu yang dipasang menyilang. Protipe terakhir terbuat dari bahan beton serat dengan tujuan agar lebih tahan terhadap panas. Kedua prototipe tabung penguapan tersebut diperlihatkan oleh gambar berikut ini. Gambar 2. Model tabung penguapan yang telah dikembangkan; tabung penguapan dari bahan kayu a, tabung penguapan dari bahan beton b. Pembangkit Uap Steam Generator Untuk menghasilkan uap bisa dipergunakan cara apa saja, asalkan uap bisa disalurkan dengan mudah kedalam tabung. Pada rangkaian alat ini, dipergunakan sebuah dandang biasa yang dimodifikasi pada bagian ujungnya sehingga dengan mudah bisa disambung dengan pipa penyalur uap seperti yang dapat dilihat pada Gambar Pada industri mebel bambu, untuk menghasilkan uap ini dapat memanfaatkan limbah atau serpihan bambu sebagai alternatif untuk bahan bakarnya. Pola/Mal Molding Salah satu perangkat penting dari rangkaian alat pelengkung bambu ini adalah pola atau dalam bahan Inggris disebut former atau mould, Untuk membentuk bambu menjadi sesuatu sesuai dengan keinginan. Pola ini bentuknya bermacam-macam, misalkan kita ingin membuat kursi yang modelnya lengkung, maka terlebih dahulu harus dibuatkan polanya. Dengan demikian, setiap produk yang dibuat mempunyai pola sendiri-sendiri. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah agar ketajaman lengkungan tidak terlalu besar mengingat hal tersebut bisa mempersulit proses pelaksanaan, khususnya bila ingin melengkungkan ranting bambu. Belum ada rumusan baku berapa besarnya ketajaman tersebut, namun dengan beberapa kali percobaan akan diketahui berapa sudut kelengkungan yang sesuai. Menurut fungsinya, ada dua macam pola. Pola pertama adalah pola untuk membentuk bahan sesaat setelah dikeluarkan dari tabung penguapan atau pada saat kayu bersifat plastis. Tenggang waktu kayu bersifat plastis karena diuapkan ini adalah sekitar 10-20 menit. Untuk itu proses pembentukan harus dilakukan dengan cepat dan segera. Setelah dibentuk dengan pola pertama ini selama kira-kira satu jam, maka bambu yang sudah terbentuk tersebut segera dipindahkan ke pola yang kedua. Perlu diperhatikan disini bahwa bambu yang baru dikelurkan dari tabung keadaannya sangat panas, maka untuk memegangnya perlu menggunakan kaus tangan yang cukup tebal. Sedangkan menurut bahannya, pola ini bisa dibuat dari bahan teakwood yang disusun berlapis atau bisa juga dibuat dari pelat baja. Berikut ini diperlihatkan model pola yang telah dikembangkan. Gambar 3. Model pola molds yang telah dikembangkan PROSES MELENGKUNGKAN BENDING BAMBU Proses ini dimulai dengan mempersiapkan bahan yang akan dilengkungkan. Bila yang akan dilengkungkan bambu yang sudah dibelah, maka terlebih dahulu bambu dibersihkan dan diserut sampai mendekati ukuran akhir yang diinginkan. Bila hanya berupa ranting bambu, maka cukup dibersihkan pada bagian buku tempat keluarnya daun dan ranting yang lebih kecil. Tahap berikutnya, bahan yang sudah siap diproses dimasukan kedalam tabung penguapan. Ketel pemanas disiapkan dan diisi dengan air sampai separuhnya saja. Setelah air mendidih dan mulai menghasilkan uap, waktu penguapan sudah dianggap telah dimulai. Proses penguapan ini berlangsung antara 1-2 jam tergantung ketebalan dari bambu yang akan diproses. Bila yang akan dilengkungkan adalah ranting bambu, maka lama waktu penguapan bisa lebih singkat lagi. Pemanasan yang berlebihan bisa membuat bambu mengkerut dan tentu saja hal ini harus dihindari karena akan menurunkan kualitas produk yang dihasilkan. Bila proses penguapan dirasakan sudah cukup, maka tahap berikutnya adalah membentuk bambu sesuai dengan pola yang telah disiapkan. Proses ini harus dilakukan sesegera mungkin begitu bambu dikeluarkan dari tabung penguapan karena bambu hanya bisa dibentuk pada kondisi sedang plastis. Kondisi ini terjadi 0-20 menit setelah bambu dikeluarkan dari penguapan. Oleh karena itu, sebelum bambu dikeluarkan dari tabung, proses berikutnya harus sudah disiapkan dengan baik. Klem-klem pengunci harus sudah disiapkan sehingga tinggal dikencangkan. Paling tidak dibutuhkan 3-5 klem untuk masing-masing pola. Proses ini berlangsung minimal 1 jam untuk kemudian bambu dipindahkan ke pola yang kedua. Atau bila tetap ditempatkan pada pola pertama, dibutuhkan waktu paling tidak 1 hari agar bambu tidak berubah bentuk lagi. semakin tebal semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses ini. Pada gamnbar-gambar berikut ini diperlihatkan proses dan hasil dari teknik bending ini. Gambar 4. Proses melengkungkan berbagai bahan bambu; ranting bambu a, bambu dengan kulitnya b dan bambu tanpa kulit yang dibuat berlapis c. Proses melengkungkan bambu ini memerlukan ketelitian dan kesabaran. Untuk mendapatkan hasil akhir yang optimal diperlukan beberapa kali percobaan terutama untuk mengetahui berapa lama sebaiknya bahan diuapkan. Penguapan yang lama memang akan mempermudah pada saat proses bambu dilengkungkan, tetapi hasil akhirnya bambu menjadi mengkerut. Sementara kalau terlalu singkat akan menyebebkan sulitnya bambu diproses. Bila bambu yang akan diproses sudah tidak segar lagi atau sudah kering, maka sebelum diuapkan harus direndam terlebih dahulu selama 1 sampai 3 jam tergantung ketebalan bambu. Pada proses pengerjaan yang baik, selain bambu dapat dilengkungkan dengan bagus, proses penguapan juga dapat mengeluarkan kandungan pati yang ada didalam bambu. Pati ini mempunyai hubungan yang erat dengan keawetan bambu karena disukai oleh bubuk. Menurut penelitian yang telah dilakukan, kesuksesan pengawetan bambu berbanding lurus dengan keefektifan proses untuk mengeluarkan pati dari dalam bambu. Proses penguapan dapat dengan significant mengeluarkan kandungan pati didalam bambu, artinya secara tidak langsung bambu akan lebih awet. Namun demikian, kajian terhadap pengaruh proses penguapan terhadap sifat dasar bambu, dalam hal ini sifat mekaniknya menunjukan bahwa proses penguapan akan menurunkan kuat tarik, geser dan kuat tekan bambu sampai 25%. Untuk itu disarankan agar proses penguapan dilakukan seperluanya sehingga tidak sampai over steamming. Beberapa contoh proses yang telah dilaksanakan diperlihatkan pada Gambar 4 dibawah ini. Pada barisan atas diperlihatkan kegagalan proses pelengkungan terhadap bambu. Gambar 5a dan 5b memperlihatkan ranting bambu yang diuapkan berlebihan over steaming, setelah mengering bambu menjadi berkerut dan pecah. Bambu belah yang akan dilengkungkan sebaiknya dalam bentuk yang sudah diserut rata, Gambar 5c memperlihatkan kegagalan proses pada bambu yang hanya dibelah dua;, pada bagian tengah akan pecah pada arah memanjang. Beberapa contoh ujicoba yang berhasil diperlihatkan oleh Gambar 5d, 5e dan 5f. Pada proses yang berjalan dengan baik, bambu tidak mengalami perubahan apapun pada permukaannya. Gambar 4. Beberapa contoh hasil proses yang telah dilakukan PENUTUP Teknik melengkungkan bambu merupakan sebuah alernatif yang tepat untuk meningkatkan nilai komersial dari produk-produk kerajinan yang dibuat dengan bahan dasar bambu. Dengan teknik ini dimungkinkan dibuat produk-produk yang berbentuk lengkung dengan nilai seni yang tinggi sehingga bisa meningkatkan nilai jual produk dan dapat memanfaatkan limbah ranting bambu yang selama ini tidak terpakai. Alat yang dikembangkan ini memungkinkan bambu dilengkungkan secara manual dengan memanfaatkan bahan yang ada dan tersedia dengan mudah di sekeliling kita. Proses pengerjaan tidak terlalu sulit, hanya membutuhkan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Proses penguapan terhadap bambu akan menurunkan sufat mekanik bambu sampai 25%, tetapi dilain pihak akan meningkatkan keawetan bambu dengan keluarnya zat pati bambu selama proses penguapan berlangsung. Disarankan agar proses penguapan dilakukan secara optimal, tidak berlebihan over steamming. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Bending Solid Wood, Bending Booklet, Lee Valley Tools, USA artikel internet Fajrin, 2004, Laporan Kegiatan Iptekda LIPI Tahun 2004, Peningkatan mutu produk kayu melalui penerapan teknik pengawetan, pengeringan dan peningkatan mutu teknik pengerjaan kayu di Pulau Sumbawa, Fakultas Teknik Universitas Mataram, Mataram tidak dipublikasikan. Fajrin, 2005, Laporan Kegiatan Uber Haki, Peralatan Manual Untuk Melengkungkan Kayu dan Bambu, Fakultas Teknik Universitas Mataram, Mataram tidak dipublikasikan. Jackson and Day, 1996, Good Wood Handbook, Harper Collins Publisher, London, England Printed in Singapore. Kidder, Norm, 2001, Steam Bending Wood, The Primitif Ways Book. Stevens and Turner, 2001, Wood Bending and Forming; Torges, Dean, 1997, Bending Wood; ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Solid Wood, Bending BookletAnonimAnonim, 2006, Bending Solid Wood, Bending Booklet, Lee Valley Tools, USA artikel internetPeningkatan mutu produk kayu melalui penerapan teknik pengawetan, pengeringan dan peningkatan mutu teknik pengerjaan kayu di Pulau SumbawaFajrinFajrin, 2004, Laporan Kegiatan Iptekda LIPI Tahun 2004, Peningkatan mutu produk kayu melalui penerapan teknik pengawetan, pengeringan dan peningkatan mutu teknik pengerjaan kayu di Pulau Sumbawa, Fakultas Teknik Universitas Mataram, Mataram tidak dipublikasikan.Steam Bending Wood, The Primitif Ways Book. Stevens and Turner, 2001, Wood Bending and FormingNorm KidderKidder, Norm, 2001, Steam Bending Wood, The Primitif Ways Book. Stevens and Turner, 2001, Wood Bending and Forming; Wood; TorgesTorges, Dean, 1997, Bending Wood; Kegiatan Uber Haki, Peralatan Manual Untuk Melengkungkan Kayu dan BambuFajrinFajrin, 2005, Laporan Kegiatan Uber Haki, Peralatan Manual Untuk Melengkungkan Kayu dan Bambu, Fakultas Teknik Universitas Mataram, Mataram tidak dipublikasikan.

Pengolahandan pemrosesan bambu untuk menjadi kerajinan tangan biasanya lebih banyak mengunakan teknik anyaman namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan teknik lainnya. Jenis jenis bambu yang dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan dari bambu adalah sebagai berikut. Bambu tali

Bambu, tumbuhan yang serba guna ini, banyak digunakan sebagai suvenir atau kerajinan dari bermacam-macam bentuk gantungan kunci, hiasan dinding, bingkai foto, bahan dasar untuk membuat angklung, sampai bahan dasar utuk rumah panggung. Selain itu, bisa dijadikankerajinan anyaman bambu. Anyaman bisa dibuat dengan bahan pandan, anyaman tersebut dipotong-potong memanjang dan tipis. Bambu pun harus dibuat menjadi lembaran-lembaran tipis seperti pita. Ternyata, tidak semua bambu bisa dijadikan bahan untuk anyam-anyaman. Perkembangan zaman belum tentu selalu meninggalkan produk hasil perkembangan tempo dulu. Kerajinan anyaman bambu salah Kerajinan Anyaman BambuKerajinan anyaman bambu adalah seni merajut yang biasanya menggunakan bahan dari bambu, rotan, daun-daunan yang memiliki serat yang dapat ditipiskan seperti enceng gondok, daun lontar, daun pandan, dan lain-lain, serta plastik. Kerajinan anayman bambu banyak digunakan sebagai alat keperluan rumah tangga seni kerajinan anyaman bambu ini diolah dengan alat yang masih sederhana seperti pisau pemotong, pisau penipis, tang dan catut bersungut bundar, yang membutuhkan kretivitas tinggi, ide, perasaan pemikiran dan kerajinan merupakan seni tradisi yang sudah ribuan tahun ada di bumi ini. Perkembangan sejarahnya di Nusantara sama dengan perkembangan seni tembikar. Jenisnya pada masa Neolitik atau masa bercocok tanam kebanyakan menghasilkan tali berbahan berupa akar dan dunia industi, biasanya anyaman dibuat dalam karya seni terapan, yaitu karya seni yang memiliki kaitan langsung dengan kehidupan manusia, mengingat seni terapan mempunyai makna guna dalam keseharian manusia dan lebih menekankan fungsi gunanaya tanpa meninggalkan fungsi nilai estetisnya atau keindahannya. Kerajinan anyaman pada umumnya memiliki lima jenis, yaituAnyaman datar, dibuat datar pipih dan lebar. Jenis kerajinan ini banyak digunakan untuk tikar, dinding rumah tradisional, pembatas ruangan dan tiga dimensi, berwujud benda tiga dimensi sebuah produk kerajinan. Kerajinan ini telah berkembang bukan hanya berbentuk kerajinan tradisional tetapi telah berkembang jenis produknya dan lebih bernilai seperti sandal, kursi, tas lampu lampion, dan tempat seni simpul menyimpul bahan hanya dengan keahlian tangan dengan bantuan alat pengait yang fungsinya seperti jarum. Dalam seni makrame, simpul menyimpul bahan merupakan teknik utama untuk menciptakan sambungan dalam membentuk sebuah karya kerajinan. Beberapa hasil kerajinan yang menggunakan teknik makrame seperti taplak meja, mantel baju, kesetkaki, dan Rapat. Disebut anyaman rapat karena irisan-irisan yang di tata membujur maupun yang di tata menyilang dianyam secara rapat. Secara garis besar anyaman rapat dibagi menjadi dua macam, yaitu anyaman datar atau sasak, dan anyaman kepar atau Hias Jarang. Anyaman hias jarang adalah anyaman yang bisaa dijadikan bahan baku untuk membuat kap lampu, kipas, tas tangan, dan keranjang

Bacajuga: Teknik Seni Rupa dua Dimensi. Teknik Anyaman. Hasil karya seni rupa terapan yang menggunakan teknik anyaman, misalnya tikar, topi, tas, kipas, dan benda-benda hiasan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membuat anyaman terdiri atas bahan alam, seperti rotan, bambu, serat kayu, dan eceng gondok.

Teknikanyaman tunggal adalah teknik di mana bambu dianyam satu-satu (secara tunggal). Caranya, bambu dianyam selangkah demi selangkah, satu demi satu dengan memasukkannya secara menyilang. Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti saringan, nampan, cerangka, dan lain-lain. 2. Anyaman bilik
Dimanacara membuatnya pun terbilang cukup mudah, yakni dengan memotong bambu dengan menggunakan gergaji Apabila sudah, maka tentukan terlebih dahulu titik-titik yang nantinya digunakan untuk sebuah lubang bambu, jika sudah tutup kedua lubang pada ujung bambu dengan menggunakan busa dan direkatkan dengan menggunakan sebuah lem.
QL9F.
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/245
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/79
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/369
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/218
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/416
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/250
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/136
  • 8j1cz0h8of.pages.dev/254
  • tikar bambu dibuat dengan menggunakan teknik