Nama saya Rian Andrianto, kisah ini terjadi pada tahun 2010 lalu saat saya masih berstatus mahasiswa semester 3 di sebuah universitas swasta ternama di kota jogja. Saat itu saya masih berusia 20 tahun, usia dimana hasrat seksual saya sedang tinggi-tingginya. Saya anak tunggal dan itu mengapa kebutuhan akan materi saya selalu fisik, saya cukup menarik; tinggi 175cm, berat 64kg, kulit putih berasal dari keturunan ibu saya yang orang Palembang. Meski demikian, saya terhitung cupu’ dalam hal seks jika dibandingkan dengan teman teman seusia saya. Bayangkan, hingga usia 20 prestasi’ terbaik saya hanya ciuman plus sedikit grepe2 dengan salah seorang mantan saya sewaktu kelas 3 saya memiliki ketertarikan seksual kepada ibu saya sendiri adalah saat saya menginjak kelas 1 SMA. Saya masih berusia 16, dan ibu 37 tahun. Suatu sore di hari minggu, saya hanya berdua dgn ibu di rumah, sedangkan ayah sedang menghadiri undangan peresmian gedung pertemuan di desa sebelah, saat itu saya sedang tiduran sambil membaca majalah di kamar ibu, saat tiba2 ibu keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk kecil yang melilit di itu hanya menutupi sebagian kecil tubuh montok dan putih ibuku. saya bisa melihat bagian atas bongkahan payudaranya dan paha mulus nya yg begitu putih dan halus. rambut dan kulitnya belum sepenuhnya kering sehingga menambah kesan seksi. pemandangan yang sontak membangkitkan naluri diperhatikan, ibuku sangat mirip dengan artis ria irawan, ibu tidak sadar kalau saya dari tadi memperhatikan kemolekan tubuhnya. Sayang, pemandangan itu tak berlangsung lama, sesaat kemudian ibu mengambil pakaian nya dari lemari dan kembali masuk ke kamar mandi untuk berpakaian. sejak kejadian itu, cara saya memandang ibu jadi ibu memakai daster tipis dan longgar kian mempermudah aksiku. hampir setiap hari saya menikmati tubuh molek ibu dan kemudian bermasturbasi. itu menjadi rutunitas hingga saya lulus SMA dan harus merantau ke pulau kuliah, saya hanya pulang 2x dalam setahun, yakni saat libur semester dan saat lebaran, tiap kali pulang ke rumah saya selalu menyempatkan untuk melakukan rutinitas lama saya, dan saya tak pernah bosan. Kecantikan dan kemolekan ibu kian membuatku ketagihan, namun satu hal yg membuat saya penasaran, saya tidak pernah melihat ibu telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di untuk bisa melihat ibu telanjang bulatpun hanya bisa saya pendam dalam 2010, muncul secercah harapan, lewat bbm, ibu mengutarakan niatnya untuk berkunjung ke jogja. selama hampir 2 tahun saya kuliah, ibu dan ayah memang belum pernah berkunjung ke jogja untuk menjengukku. ibu berencana menghabiskan waktu seminggu di jogja untuk sekedar refreshing dan melepas kangen berhasil meyakinkan ibu untuk menginap di kostku saja selama di jogja, malam itu juga saya langsung menyusun adalah kostan eksklusif dengan fasilitas lengkap ac, springbed, tv lcd, lemari plus kamar mandi di dalamnya. agak susah menemukan celah untuk mengintip ke dalam kamar mandi di kostku karena bangunannya masih terhitung baru. Setelah memutar otak dan mengerahkan segala upaya, akhirnya saya berhasil membuat 2 lubang intip dengan 2 sudut pandang berbeda, satu di lubang kunci yang sengaja saya rusak dan satu lagi di tembok yang saya lubangi dengan bor mikro dan saya tutupi dengan sebingkai poster klub bola favorit saya manchester yg dinanti nantipun tiba, pukul 5 sore sepulang kuliah saya memacu mobil kesayangan ke bandara. Cuaca saat itu mendung, sesampainya di bandara, saya tak kesulitan menemukan ibu. Sosoknya memang selalu mencuri perhatian di tengah keramaian, ibu saat itu mengenakan kaos putih ketat dan skinny jeans yang membuat body semoknya tercetak sempurna, paling mencuri perhatian jelas payudaranya yang membusung, begitu indah, memenuhi kaos ketatnya dan seakan meronta minta yang baru dari penampilan ibu, ia mengecat rambutnya!. Warna rambutnya yang tadinya hitam kini sedikit coklat menyala dengan porsi yang tepat, ditambah kaca mata hitam yang diselipkan di kepalanya, ibu tampak kian seksi dan berkelas. Usai mencium tangan ibu, saya langsung menarik koper ibu dan kami langsung bergegas menuju perjalanan menuju ke parkiran, saya tak bisa fokus memperhatikan payudara ibu yang naik turun seiring langkah kakinya. Kadang saya membiarkan ibu berjalan sedikit di depan agar saya bisa melihat bongkahan bokongnya yang indah. Saya sendiri heran, bagaimana bisa ibu yang sudah berusia kepala empat masih memiliki badan yang begitu di mobil, mataku langsung tertuju pada payudara ibu. Kaos putih nya yang tipis basah terkena hujan dan menjadi transparan. Saya bisa melihat dengan cukup jelas bongkahan daging payudaranya yang terbungkus BH hitam. Ibu sempat memergokiku melirik payudaranya, namun tampaknya ia tidak menaruh rasa curiga mobil, kamipun berbincang2…di mobil, kamipun berbincang2…“Jogja emang lagi sering ujan gini, Yan?”“Iya bu, klo udah ujan gini biasanya awet. bikin malas kuliah. hehe”“yeee dasar kamu alasan aja!. udah dibeliin mobil, hujan harusnya bukan alasan biar bisa bolos kuliah!”“hehe… becanda buuu. rian rajin kok kuliahnya. yaa bolos sekali dua kali mah masih wajar”“dasar kamu!. itu AC-nya dimatiin aja Yan, ibu menggigil nih. kostmu ada water heaternya kan? ibu mau langsung mandi habis ini.”dalam hati saya bersorak. yes, ga butuh waktu lama untuk langsung bisa menikmati pemandangan tubuh ibu.“iya bu, ada. nanti habis mandi istirahat dulu aja, malamnya baru deh kita jalan2.”Sampailah kami di kost, masuk ke kamar, tanpa banyak bicara ibu langsung mengambil beberapa helai pakaian dan handuk dari kopernya dan langsung masuk ke kamar mandi. Saya pun langsung ambil kuda kuda untuk mengintip. Saya deg degan dan gemetar karena ini adalah percobaan pertama saya mengintip mama saya rapatkan mata kanan saya ke lubang kunci dan nafas saya terasa mulai sesak… sedetik kemudian, apa yang saya saksikan sungguh sangat menakjubkan. Tubuh ibu tanpa sehelai benangpun yang selama ini hanya bisa saya bayangkan kini terpampang begitu jelas hanya sekitar 2 meter dari bola mata ibu membelakangiku, saya bisa melihat dengan jelas kulitnya yang putih mulus, sangat putih!, bodinya montok bukan gemuk, mataku begitu fokus mengamati setiap lekuk tubuh ibuku, pandanganku kemudian terhenti di bagian bokong ibuku. Bokongnya sangat besar dan membulat, agak berlemak tapi tidak ibuku aktif mengikuti senam aerobik di palembang, mungkin itu kenapa badannya masih sangat bagus. nafasku kian sesak begitu ibu berbalik arah kini menghadap saya. Payudaranya sangat besar. selama ini, setiap saya bermasturbasi, saya tak pernah membayangkan payudara ibu sebesar itu. memang sudah agak turun dan kendor, tapi justru saya menyukai bentuk yang seperti putih mulus dengan urat2 berwarna hijau. Putingnya berwarna coklat muda dan berdiameter cukup besar. Ingin rasa menyentuhnya saat itu, tapi bisa melihatnya saja saya sudah sangat bersyukur. Kuturunkan celana pendekku, dan juniorku pun sudah tegang sempurna. Mulai kukocok sambil terus memandangi ibu yang sedang menyabuni seluruh pemandangan yang luar biasa. Sekitar 10 menit aku mengintip ibu dan air maniku pun tumpah di keset depan pintu kamar mandi. keset itu lalu saya balik agar tidak ketahuan ibu, lalu saya pura-pura tiduran di keluar kamar mandi tanpa sedikitpun rasa curiga. Ia sudah berganti pakaian, memakai daster longgar favoritnya. Ini benar-benar hari keberuntunganku, karena setelah kuperhatikan, tampak jelas bahwa ibu tidak memakai BH di balik daster tipisnya. Pemandangan itu membuat naluri kelaki-lakianku bangkit lagi.“yan, ibu mau solat. mau bareng ga?”“boleh bu…”Usai solat magrib, kami bersantai, ngobrol sambil rebahan di atas ranjang. saya sudah berganti pakaian, memakai kaos dan celana boxer pendek tanpa CD. ternyata, itu bukan pilihan yg tidak, dengan adanya ibu di atas kasur berukuran singel ini, jelas juniorku tidak bisa tidur nyenyak. Ia akan begitu mudahnya berdiri tegak setiap bagian tubuhku menyentuh kulit mulus ibu ataupun saat indra penglihatanku berhasil menangkap objek indah berupa paha mulus ibu saat dasternya tersingkap, kurasa hanya tinggal menunggu waktu ibu melihat juniorku berusaha menyembunyikan kebenaran dengan menutupinya memakai bantal. Terkadang saya berbalik membelakangi ibu sambil main hape. Kami ngobrol ngalor ngidul selama kurang lebih satu jam. Selama itu pula saya mati matian berusaha agar ibu tak melihat juniorku yang berdiri tegap. Jam 7 malam, kami memutuskan untuk keluar menikmati suasana malam kota hari sudah ibu di jogja, selama tiga hari itu entah sudah berapa kali saya onani dengan ibu sebagai objeknya. sampai suatu malam, muncul niatan gila saya untuk bertindak lebih jauh. Tiga malam tidur bersama ibu, muncul rasa penasaran untuk bisa menyentuh paha, tetek dan bokong ibu. Malam itu ibu memakai tanktop dan hotpants yang sangat 11 malam ibu sudah terlelap. Lampu masih menyala, karena saat itu saya masih asik membaca. saya sengaja membiarkan lampu menyala agar bisa menikmati pemandangan tetek ibu yang nyaris keluar dari tanktopnya saat posisi ibu miring ke arahku. Saya lalu berbaring di sebelah ibu, hanya berjarak kurang dari mulai deg degan, kugerakkan tangan kananku sedekat mungkin dengan tetek ibu, ujung jariku kini hanya berjarak kurang dari 2 senti dari tetek ibu. Saya berharap saat ibu bergerak sedikit, teteknya akan menyentuh jariku, dan benar saja, saat bergerak membenarkan posisi tidurnya, ibu bergerak sedikit ke arahku dan tersentuhlah daging kenyal mulus menit kemudian, tiba tiba ibu terbangun. Sayapun spontan menarik tangan dan pura-pura tidur. Ternyata ibu bangun untuk mematikan lampu. Ibu lalu kembali ke tempat tidur dan kali ini posisinya membelakangiku, di kegelapan kuberanikan diri merapat ke arah ibu hingga lututku menyentuh bagian belakang paha ada reaksi dari ibu, mungkin ibu fikir saya benar-benar tertidur lelap dan bergerak hanya untuk membenarkan posisi tidur. Saya pun kian nekat. Entah setan apa yang merasukiku malam itu. saya tak peduli apapun yang akan terjadi. Nafsuku sudah diubun ubun, saya bergerak maju lagi. Juniorku yang sudah mengeras ketempelkan ke pantat kananku kugerakkan ke pinggul ibu. Kini posisiku seakan ingin menyodomi ibu dari belakang. Spontan, ibu mulai merespon, kurasakan pantatnya bergerak sedikit maju menjauhi si junior. Meski demikian, setan di kepalaku berbisik untuk melanjutkan aksiku. Saya tak tahu aksiku ini akan berujung jadi ibu akan sangat marah padaku, tapi saya sudah tidak peduli. Saya benar benar ingin merasakan kenikmatan tubuh ibu saat itu. Sudah tak ada logika di titik itu, yang ada hanyalah nafsu birahi. Kurapatkan tubuhku ke tubuh ibu. Kudekap ibu dari belakang, juniorku menempel tepat di belahan pantat ibu, tangan kananku menempel di tetek kanan ibu.“yan, agak geser dong. ibu kesempitan nih”“rian mau peluk ibu, sudah lama ga peluk ibu kayak gini”“iyaaa tapi geseran dikit yaa. ibu hampir nyium tembok nih”saya tak merespon kalimat ibu. Tak sedikitpun saya bergeser.“yaaan… kok kamu jadi manja gini toh nak. Masa udah besar kayak gini, itu burungnya udah keras. Malu dong ah… geser ya nak yaa” ibu meminta dengan sangat menuruti permintaan ibu, saya malah makin nekat, tangan kananku yang tadinya hanya menempel pasif di tetek ibu, kini mulai meremas tetak ibu. Sensasi yg luar biasa, tetek besar ibu yg dulu ini hanya bisa saya bayangkan kini bisa kuremas. Begitu kenyal, telapak tanganku tak cukup besar untuk bisa menjangkau seluruh bagian tetek itu, di bawah juniorku juga bekerja. Kugesek-gesekkan dengan halus adik kecil ku itu di bokong montok ibu yang dilapisi hotpants berbahan tipis. Tak lama, ibu mulai berontak. Ia bangun dari posisi tidurnya, berdiri dan menyalakan lampu. Jantungku serasa mau copot. tampaknya, ibu marah besar.“yan!! kenapa kamu nak!. kok ibu sendiri kamu perlakukan kayak gitu!!” ibu memarahiku. Ekspresi wajahnya menunjukkan rasa marah bercampur heran.“maaf bu. rian gak tahan…” jawabku, sambil menunduk. saya tak berani menatap wajah ibu.“gak tahan terhadap apa?! aku ini ibumu nak! astaghfirullah! nyebut kamu nak! nyebut!”perang batin berkecamuk seketika saat itu. anehnya, perang batin yang terjadi adalah antara setan dengan setan lainnya. Setan 1 menggodaku untuk memperkosa ibu, sedangkan setan 2, ia memerintahku untuk memohon-mohon kepada ibu agar mau menuruti nafsu birahiku. Cukup lama saya terdiam. berfikir. Kulirik ibu, tampak ia sedang menangis sambil menatapku dan menutupi bagian dadanya dengan bantal.“bu… maafkan rian bu, tapi rian sudah dewasa. rian gak tahan ngelihat tubuh ibu setiap hari. rian laki-laki normal bu.”“kamu sudah kelewatan nak!.” jawab ibu“bu, rian mohon bu. izinkan rian untuk netek sama ibu malam ini saja. rian gak tahan bu. kasihani rian bu…”Ibu hanya diam, ia tidak bergerak dari posisinya di ujung tempat tidur. hening. lalu ibu berkata “setan apa yang merasukimu nak”“bu, tolong bu. malam ini saja.” paksaku, dengan nada Sekitar 5 menit kami terdiam. tiba tiba ibu bersuara. “malam ini saja ya nak.”setan di kepalaku bersorak girang. juniorku yang tadinya sudah mulai tertidur, langsung terbangun sontak begitu ibu mengeluarkan kalimat tadi.“tapi ibu gak ngizinkan kamu buat netek. itu kejauhan nak! dosa!. ibu hanya kasihan sama kamu. Ibu mengizinkan kamu buat ngocok. Nanti ibu bantu, tapi ga ada sentuhan ya!. ibu ga mau kebablasan.”“iya bu…”Sudah tak ada rasa malu yang kurasa saat itu. Saya hanya mengikuti nafsu birahi, langsung kukeluarkan juniorku yang sudah mengeras maksimal. Kukocok perlahan sambil menikmati pemandangan tubuh ibu. Sementara itu, diujung tempat tidur, hanya berjarak 1 meter dariku, ibu tampak berat hati membuka tidak melepaskan tanktopnya. tanktopnya hanya dinaikkan ke atas sampai teteknya terlihat. Saya ingin lebih!“dilepas saja bu, please. buat ini cepat selesai bu! bantu rian bu…”tanpa kata, ibu menuruti permintaanku. dilepaskannya tanktop putih itu. Nafsuku kian membara, nafasku kian sesak, degub jantungku makin kencang, seiring kocokanku yg semakin cepat.“berdiri dong bu. rian mau lihat badan ibu semuanya”“cukup nak. gak usaha aneh aneh ya. ini aja sudah kelewat batas.”“bu… tolong bu. bantu rian bu. makin ibu nurutin kemauan rian, ini makin cepat bu. please”Ibupun perlahan beranjak dari tempat tidur. Ibu berdiri dan seakan pasrah mataku menjelajahi tubuhnya. Ibu hanya diam, tak puas memandang ibu dari jarak 2 meter, sayapun mendekat. mimik wajah ibu tampak ketakutan saat saya mendekat.“gak usah dekat dekat nak. disitu aja.”saya tak mempedulikan ibu, kini saya hanya hanya berjarak dua jengkal dari ibu, tanganku bergetar. Ingin sekali rasanya meremas tetek ibu. dan ya, saya melakukannya!.ibu menutup mata. “jangan nak! keterlaluan kamu!”Saya tak berhenti, bahkan aksiku makin nekat, kujilati tetek ibu, kuhisap putingnya yang mengeras. Ibu hanya diam sambil menutup mata. Ibu menggigit bibir bawahnya, ciri khas wanita saat menahan rangsangan, sesekali tangannya coba menjauhkan kepalaku dari tubuhnya, tapi saya tak kepalaku, kujilati paha mulus ibu yang dihiasi bulu bulu tipis, pahanya putih sekali! tampak ibu bergetar saat jilatanku kian dekat ke selangkangannya. Sekitar 5 menit saya menjilati hampir seluruh bagian tubuh ibu kecuali mekinya yang masih tertutup hotpants. Saya mulai merasakan pergerakan air mani di tubuh si ibu menuruti kemauanku. tampaknya, ibu sudah capek melawan. ibu berlutut di hadapnku, kini wajah ibu berada tepat di depan si junior, digenggamnya kontiku, dikocok sedikit, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya. enak sekali. Cukup cepat ibu mengeluar-masukkan kontiku ke mulutnya. tak sampai 1 mulai terasa akan keluar. kubiarkan ibuku mengulum si junior tanpa tau kalau maniku sudah di ujung dan siap menyemprot keluar. 3… 2… 1… dan crottttt!! banyak sekali maniku tumpah di dalam mulut ibu. Begitu semburan pertama terasa di mulutnya, ibu langsung reflek mengeluarkan si junior dari mulutnya dan melanjutkan dengan kocokan cepat hingga sisa air maniku tumpah di langsung lari ke kamar mandi, bersih-bersih, dan kembali ke tempat tidur dengan tanktopnya kembali dipakai.“kelewatan kamu nak. bapakmu aja tidak pernah melakukan ini.”“iya bu, maaf ya bu. rian salah.” hanya itu kata yang keluar dari mulutku. Kamipun tidur dengan posisi berlawanan arah. diam. harinya pagi pagi buta ibu pulang ke palembang, tak sabar hati rasanya untuk segera menyambut liburan semester dan kembali bertemu ibu, sekaligus memulai babak baru hubunganku dengan bulan kemudian akupun libur semester pendek kira kira selama beberapa hari, dan betapa bahagianya aku kembali bertemu ibuku. Saat aku tiba di rumah ibu menyambutku dengan memakai kaos berwarna biru muda, dan rok berwarna hitam. Ibu memelukku erat sekali melepaskan rasa rindu yang tertahan selama berdua lalu duduk di kursi dan ngobrol ngalor ngidul, lalu aku bertanya ayah kemana kok tidak menjawab” yan, ayahmu ada tugas selama 3 bulan di kalimantan, dan ayahmu berpesan pada ibu agar kamu menjaga ibu selama ayah bertugas.”Spontan dalam hati aku bergembira, itu berarti aku dapat melaksanakan rencanaku untuk menikmati tubuh ibu kandungku yang tertunda di kamar kostku beberapa bulan lalu membawakan barang barangku ke kamarku dan meletakannya di sisi ranjang, tak lupa memintaku untuk menata pakaianku di lemari. Setelah itu ibu pergi ke dapur meninggalkanku sendiri di kamar. Aku lalu bergegas mengganti baju hem dan celana lengan panjang yang kukenakan, kemudian segera kamar mandi aku teringat kejadian saat di jogja lalu, yang membuat penisku menegang. Kurasa aku benar-benar butuh bantuan ibuku sekarang mandi akupun berganti kaos dan hanya memakai celana boxer, lalu kucari ibuku, ternyata ibu sedang memasak di lalu memeluk ibuku dari belakang dengan tiba-tiba, sambil kedua tanganku kutangkupkan pada payudara ibuku. Ibuku diam saja tidak bereaksi apapun, lalu aku semakin nekat tangan kiriku menurunkan celana boxerku ini dan penisku yang tegang kugesekkan pada bongkahan pantat ibu. Ibuku hanya sedikit berdehem, dan menjawab” sudah cukup nak, ibu tidak ingin mengulangi perbuatan bejat itu lagi, atau ibu akan melaporkanmu ke ayahmu, dan kenapa kamu panggil ibu dengan nama ibu saja, kamu benar benar kurang ajar nak”, tangan ibu mencoba menampar beranikan diri untuk menjawab ibuku “tampar bu tampar yan sepuas ibu, atau bunuh saja rian sekalian. Rian rela mati asalkan ibu menjadi milik rian.”Ibuku kaget mendengar kata-kataku, dan menjawab; “baiklah ibu akan turuti semua permintaan rian, asalkan rian tidak bunuh diri, ibu sangat mencintaimu nak.” Ibu berkata demikian sambil air mata terurai di saat kemudian ibuku lalu membuka kaosnya, dan roknyapun dipelorotkan, sehingga kini ibuku hanya memakai bh dan celana dalam berwarna krem. Tampak teteknya menyembul dari balik bh nya yang berukuran 36 D lalu berkata “nak ini dosa nak, dosa besar, ibu pasti masuk neraka setelah ini, namun demi rasa cinta ibu yang tulus padamu ibu rela melakukan ini yan.”kata ibuku.
Waktuaku sedang melatih pahaku, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Hambali yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi. Kubukakan pagar dan kupersilakan dia ke dalam.
Cerita Mesum Ibu – Ibuku ”Ooohhh…aaahhh yeesss enak pak goyang terus pak…aaahhh…” suara desahan ibuku. Pak Andi ”Oooohhh…pelan-pelan aja desahnya nanti kedengaran mas Aan yang sedang tidur…tapi bu memekmu enak banget aaa….” racau pak Andi sambil bicara. Ibuku ”Aaaahhh…..ooohhh…” jerit ibuku. Cerita Sex, Kaget dan syok itulah yang kualami ketika kedua mataku melihat ibuku disetubuhi oleh pak Andi di garasi samping rumahku. Waktu itu hari minggu aku bangun agak pagi karena perutku merasa lapar biasanya sih kalau hari minggu aku tidur sampai siang. Begitu bangun aku langsung berjalan turun ke lantai satu dan menuju dapur. Di Dapur aku mendengar suara desah-desahan aneh, seketika itu juga aku langsung mencari sumber suara desahan itu dan ternyata berasal dari garasi samping rumahku. Aku berjalan mengendap-endap untuk mengintip suara terdebut. Dan begitu melihatnya aku kaget setengah mati, aku melihat ibuku sedang disetubuhi oleh pak Andi dengan posisi menungging bertumpuh pada mobil. Aku benar-benar tak percaya dengan kejadian yang baru saja aku lihat. Aku tak menyangka ibuku yang berparas cantik dan seksi mau saja disetubuhi sama pak Andi yang sudah agak tua. Melihat aksi ibuku sedang dientot pak Andi dengan ganasnya membuat kontolku jadi tegak berdiri. Perkenalkan namaku Aan nama samaran usiaku saat ini 16tahun dengan tinggi tubuh dan berat badan yang bisa dibilamng agak gemuk, kalau wajahku sih lumayanlah tidak ganteng tidak juga Saat ini aku baru di kelas 1 SMA, aku tinggal dengan kedua orang tuaku di kota besar tepatnya di kota J. Cerita Dewasa, Aku terlahir dari keluarga yang cukup berada, Ayahku bernama Rudi, dia seorang kontraktor besar yang sering mendapat proyek-proyek besar di indonesia usianya 45tahun. Ibuku bernama Mila, dia seorang PNS di dinas kesehatan, usia mamaku saat ini 39tahun dengan tinggi tubuh yang ideal dengan berat badannya. Walaupun usianya tidak muda lagi tapi ibuku masih terlihat cantik dan seksi apalagi ditunjang dengan payudara yang cukup besar kira-kira ukurannya 40D dan pantat yang masih kelihatan kencang dipadu dengan rambut panjang sebahu yang sedikit pirang membuat penampilan ibuku semakin hot. Aku sendiri yang anaknya bila berdekatan dengan ibuku jika sedang mengenakan pakaian dinas yang ketat yang meonjolkan payudaranya membuat kontolku jadi menegang. Ingin rasanya meremasnya. Walaupun penampilan ibuku terlihat cukup menggoda untuk aku setubuhi tapi aku tidak berani macam-macam denganya karena ibuku terlihat sangat berwibawa kalau pakai pakaian dinas, tapi sebaliknya kalau di rumah. Ibuku kalau kerja selalu diantar jemput oleh pak Andi menggunakan mobil pribadinya sendiri. Sedangkan aku juga sudah punya mobil sendiri pemberian dari ayahku. Pak Andi adalah sopir keluarga kami usianya sekitar 65tahun dengan kulit hitam dan berotot, rumahku sendiri terletak diperumahan yang elit, berlantai 2 dengan kolam renang di belakang rumah. Pagi itu hari senin aku bersekolah seperti biasanya dengan mobil pribadiku sendiri, ketika berjalan keluar dari parkiran sekolah menuju kelas salah satu temanku menyapaku.. Rico ”Hy An, nanti pulang sekolah kita jeng-jeng yuk” Aku ”Mau jeng-jeng kemana kita?” Rico ”Ada cafe baru An, tempatnya remang-remang gitu deh” Aku ”Boleh juga tuh” Rico ”Jaelah giliran ngomong remang-remanh aja langsung semangat kamu” Aku ”Hahahha…tau aja kamu” Cerita Mesum, Di kelas aku terus saja memikirkan kejadian hari minggu kemarin saat ibuku dientot sama pak Andi dengan ganasnya, aku terbayang keindahan tubuh ibuku saat dientot oleh pak Andi apalagi terlihat payudaranya yang besar. Aku jadi kepengen juga menyetubuhi ibuku yang ternyata binal itu. Hahahhaa… Jam pelajaran akhirnya selesai juga. Aku langsung menuju parkiran sekolahan dan masuk ke dalam mobil sambil menunggu Rico. Begitu Rico datang kita pun langsung berangkat pergi ke cafe baru yang katanya remang-remang itu. Sesampainya di caffe kita berdua lantas masuk, ruangannya memang agak gelap seperti diskotik tapi lumayan rame juga. Aku melihat kiri-kananku banyak pasangan yang berbuat mesum tapi cuma saling raba dan ciuman. Rico menarik paksa tanganku untuk pergi ke lantai atas yang katanya lebih hot lagi. Di lantai atas kita mencari tempat duduk lalu memesan minuman dan makanan ringan sambil mencuci mata melihat adegan mesum pengunjung lainnya. Dan tiba-tiba Rico menepuk-nepuk bahuku.. Aku ”Apaan sih kamu, gak lihat ya aku lagi minum, bikin tumpah minumanku aja” Rico ”Eh coba lihat deh An, bukannya itu ibu kamu yang lagi sama brondong itu” Aku ”Salah lihat kamu DO, jam segini ibuku masih di kantor juga kali” ucapku sambil terus makan Rico ”Coba deh kamu lihat dulu kalau kamu gak percaya” ucap Rico sambil mengarahkan kepalaku menuju objek yang dituju, sontak saja aku kaget karena itu benar ibuku yang masih menggunakan seragam PNSnya duduk dengan seorang pemuda brondong. Aku ”Iya Do bener itu ibuku, sial dia lagi selingkuh dengan brondong padahal kemarin aku juga lihat dia lagi dientot sama sopirku di garasi rumah, dasar ibu binal tukang selingkuh” Rico ”Sabar An, aku ngerti banget gimna perasaanmu, tapi tahan dulu jangan kebawa emosi, jangan langsung kamu samperin kan belum ada buktinya dia beneran selikuh atau tidak, mendingan kita rekam aja kelakuan ibu kamu pakai Hpmu” Aku ”BEner juga ucapan kamu, aku akan balas perbuatan ibuku yang binal itu” Rico ”Tapi kalau dilihat-lihat ibumu boleh juga An…hahahaa…badannya seksi abis, jadi nagceng nih kontolku liat ibu kamu” Aku ”Dasar otak mesum tapi bener juga omonganmu Do…aku lihat-lihat iya juga ya…ibuku memang seksi sekali…aku juga ikutan ngaceng nih…hahahaha…” Rico ”Mulai sekarang aku kalau ketemu ibu kamu pas selingkuh akan aku rekam terus aku kirim ke Hp kamu dan kita buat rekaman itu untuk ngerjain ibu kamu yang binal itu” Aku ”Ide bagus Do…aku juga gak tahan ingin menikmati tubuh ibuku sendiri yang tukang selingkuh itu” Rico ”Kelihatannya ada yang ngaceng berat nih dengan ibunya sendri…hahahaaa…” Aku ”Aku berani taruhan, kamu pasti nagceng juga kalau melihat ibuku yang montok itu, kalau kamu gak ngaceng berarti kamu gak normal, aku yang anaknya aja ngaceng tiap hari. Setelah itu aku menyuruh Rico untuk merekam semua aksi perselingkuhan ibuku, Rico mulai merekam saat ibuku berciuman hot dengan brondong itu dan brondong itupun mulai meremasi payudara ibuku dari balik seragam PNSnya. Kemudian brondong itu mengajak ibuku masuk ke toilet yang cukup luas dan juga remang-remang itu, Rico terus merekam aksi ibuku smentara aku mengikuti di belakang Rico. Mungkin karena tah tahan lagi, brondong itupun memojokkan ibuku dan menyibakkan roknya keatas dan langsung mengentot ibuku dengan posisi berdiri bertumpuh pada tembok. Waktu sudah menunjukan jam 5 sore akhirnya aku dan Rico pulang dari cafe tersebut setelah berhasil mendapat video kenakalan ibuku yang binal itu, sampainya di rumah aku langsung masuk kamar dan tidur. Ketika aku bangun ternyata sudah jam 8 malam, karena perutku lapar aku turun dari kamarku berjalan menuju dapur. Di dapur aku tak menemukan ibuku. Tapi aku mendengar samar-samar ada orang bicara, kemudian aku berjalan cukup pelan ke ruang tamu dan ternyata ibuku sedang bersama pak Andi dan pak rt sedang berbicara serius. Aku mulai merekam ketiga orang itu yang ternyata pak Andi sedang meremasi payudara montok milik ibuku yang saat itu cuma menggunakan daster pendek tanpa lengan pak rt yg melihat itu cuma bisa menggeleng-gelankan kepalanya. Pak rt ”Gila kamu Ri…kamu apaian bos kamu?” pak rt jangan liat aja, ayo kita nikmati tubuh PNS yang binal ini” kata pak Andi merendahkan ibuku sambil lidahnya mulai menciumi leher ibuku Ibuku ”Aahhh… iya nih pak rt, pak Andi udah buat aku jadi binal begini” Pak rt ”Emang sudah kamu apain aja Riiii..kog bisa binal begini?” tanya pak rt sambil tangannya mulai meremasi payudara ibuku ”Awal; saya bisa ngentot bu Mila karena saya pernah memergoki dia lagi ngentot sama kepala dinas di mobilnya pak dan saya disuruh tutup mulut ke suami sama anaknya atas perselingkuhanya dengan kepala dinas pak, maka dari itu saya juga minta jatah ngentot dengan bu Mila sebagai uang tutup mulut pak…hehehhe..” jnawab pak Andi sambil melucuti pakaian ibuku Pak rt ”Ooooh jadi gitu ceritanya, makanya sekarang jadi binal begini” ucap pak rt mulai mencium mulut ibuku Ibuku ”Ssssthhh iya pak bener itu cerita pak Andi ” desah ibuku saat pak Andi mulai menjilati memeknya yang berbulu tipis dan rapih karena dirawat oleh ibuku Kini aku melihat pak rt sudah telanjang bulat dengan kontolnya yang pendek tapi gemuk itu berdiri disamping ibuku, tangan pak rt terus saja meremasi payudara montoknya ibu. Sedangkan pak Andi masih menggunakan pakaian lengkap mengoral memek ibu dengan lidahnya sambil jongkok di bawah ibu yang tengah duduk di sofa. Aku yang melihat adegan panas mereka jadi horny sendiri, aku mulai mengocok kontolku yang panjang dan besar sambil terus merekam aksi mereka. Pak rt ”Ayo bu Mila hisap kontolku ini” kata pak rt sambil memukul-mukulkan kontolnya ke muka ibuku. Ibuku ”Ooohhh…iya paaakkk..ayo pak Andi sedot terus aku mau nyampeeeeek…aaaahhhh…” jerit ibuku menikmati orgasmenya. ”Sekarang gantian ya…kamu puskan kita berdua dengan tubuh seksi kamu” ucap sambil melucuti pakaiannya hingga bugil. Dengan duduk di sofa ibuku diapit dua pria yang berdiri di depannya dengan kontol yang sudah pada tegak berdiri, kini ibuku mulai mengocok dan mengulum kontol mereka secara bergantian. ”Gimana pak rt enakan sepongan dari majikanku yang binal ini?” tanya pada pak rt sambil tanganya meremasi payudara ibuku. Pak rt ”Oooohhh yeesss…iya Riii…benar-benar enang sepongannya…apalagi susunya yang montok ini bener-bener gemesin” jawab pak rt meremasi payudara ibuku yang satunya. Kini aku melihat mereka berdua ngentot ibuku secara bergantian hingga akhirnya mereka berdua merasa puas. Setelah meraih kepuas pak rt dan pak Andi keluar mencari makan dan meninggalkan ibuku yang masih terbaring lemas di sofa. Aku sendiri kemudian masuk kembali ke kamarku dan berpura-pura tidur agar ibuku tak curiga kalau aku habis merekam adegan perselingkuhannya. Sekitar pukul 9 malam aku keluar lagi dari kamarku untuk pergi ke dapur untuk mencari makan untuk mengganjal perutku yang kelaparan. Begitu jalan menuju dapur aku melihat pintu kamar ibuku terbuka dan aku menemukan ibuku duduk di meja rias dengan hanya mengenakan handuk ditubuhnya. Melihat tubuh ibuku yang hanya berbalut handuk membuat kontolku tegak berdiri dan ingin menyetubuhi ibuku yg binal itu. Karena kebetulan pak Andi sedang keluar mencari makan aku memutuskan untuk mengerjai ibuku malam ini juga…hahaha…. Aku langsung saja masuk ke kamar ibuku dan merangkulnya dari belakang dengan meremas payudara montoknya, sontak membuat ibuku sangat kaget dengan kehadiranku.. Ibuku ”Iiihhh…apa sih yang kamu lakukan sayang…keluar dari kamar ibu sekarang juga!!!” Aku ”Huusstt…gak ush teriak-teriak buuuk…aku hanya ingin menikmati tubuh ibu yang montok ini” Ibuku ”Stop hentikan…aku ini ibu kandungmu sendiri ingat…jangan kurang ajar kamu” Aku ” Udah deh meningan ibu sekarang diam dan menuruti perintahku atau aku kasih tau ayah tentang perselingkuhan ibu dengan dan pak rt di ruang tamu tadi” ancamku ke ibuku yang mulai diam dan mulai menangis. Ibuku ”Maaafin ibumu ini sayang…tolong janagn kasih tahu ayahmu tentang kejadian tadi…, ibu mohon sama kamu sayang please jangan sampai ayah tau “ucap ibuku memelas sambil menangis merangkul aku.. Aku ”Iya buuu…,tenang aja aku gak akan kasih tahu ayah kog…asal ibu mau muasin nafsuku seperti yang ibu lakukan pada pak Andi dan pak rt tadi…gimana?” kataku sambil meremasi payudaramya dibalik handuknya. Ibuku ”Gak Aan..ibu gak mau…ibu gak mau disetubuhi sama kamu anak kandungku sendiri…” Aku ”Ya udah kalau ibu gak mau, gampang aja, aku tinggal bilang ke ayah semua kelakuan ibu” balasku sambil terus meremasi payudaranya. Ibuku ”Ibu mohon sayang jangan lakukan itu, ibu bakal menuruti semua permintaanmu kecuali menyetubuhi ibu” Aku ”Terus kalau ibu gak mau, gimana donk dengan kontolku yang sudah ngaceng ini” ucapku sambil tanganku meremas pantatnya. Ibuku ”Iiiihhh, nakal banget sih tanganya…masa sih kamu horni sama ibu kandungmu sendiri?” tanya ibuku menggoda. Aku ”Iya beneran buuu…kontolku udah ngaceng dari tadi sewaktu ibu dientot sama pak Andi dan pak rt…nih lihat aja kalau gak percaya?” ucapku sambil mengeluarkan kontolku yang panjang dan besar dari balik celana boxerku, seketika ibuku kaget dengan ukuran kontolku. Ibuku ”Gila besar amat kontolmu sayang…lebih besar dari kontol pak Andi ataupun kontol pak rt apalagi kontol ayahmu yang cuma 14cm itu…hahahaa…” Aku ”Yang benar saja buuuu…kontolku lebih besar dari mereka semua?” tannyaku sambil mengurut kontolku sendiri. Ibuku ”Iya sayang beneran kontol kamu panjang dan besar dibanding milik mreka, pasti sakit dan ngiluh sayang kalau sampai kontol kamu masuk ke memek ibu tapi sayang kamu tidak boleh ngentot ibu karena kamu anak kandung ibu” Aku ”Terus gimana donk dengan nasib kontolku ini yang udah pengen banget ngentot sama ibu” tanyaku sambil mendorongnya sampai mepet ke tembok dan mulai kuciumi lehernya. Ibuku ”Aaahhh sayang…pokoknya kamu gak boleh ngentot sama ibu” kata ibuku mendesah sambil mendorong tubuhku menjauh. Aku ”Iya terus gimana nih sama kontolku yang udah ngaceng dari tadi?” Ibuku ”Gini aja sebagai gantinya gimana kalau ibu sepongin kontolmu sampai keluar dan kamu juga boleh menjamah seluruh tubuh ibumu ini…gimana setuju gak sayang?” tanyanya sambil tangannya mulai mengocok kontolku. Aku ”Ya udah gakpapa deh…yang menting kontolku ini dapat kepuasan…nih buuu..sepongin kontolku sekarang” jawabku sambil menarik paksa tubuh ibuku untuk jongkok di depan kontolku. Ibuku ”IIihhh…sabar donk sayang…kira-kira muat gak ya mulutku nyepong kontolmu yang besar ini?” tanya ibuku ngilu. Aku ”UDah buuu…gak usah banyak omong ayho cepet sepongin kontolku” kataku seraya menjambak rambutnya dan menjejalkan paksa kontolku ke mulutnya. Ibuku ”Slerrrppp….cloookk…cloook..cloook…”suara mulut ibuku mulai mengoral kontolku. Aku ”Ooohhh…nikmat banget ….sedot terus buuu…” lenguhku menahan nikmat dan terus memaju mundurkan kepala ibuku. Aku ”Sedot terus buuuu…dikit lagi Aan mau keluaaarrr…aaahhhh…” desahku terus memaju mundurkan pantatku dan tanganku meremasi payudara montoknya sampai sampai handuknya terlepas dari tubuhnya dan kini ibuku dalam posisi bugil mengoral kontolku. Aku ”OOohhh yeeessss…aku keluaaaaarrr….Crooot…crooot..crtooot…” jeritku dengan menyemburkan spermaku ke mulutnya dan kusuruh ibuku menelan semua cairan spermaku. Ibuku ”Sleerrrppp….banyak amat sich sayang spermamu sampai belepotan nih mulut ibumu ini” ucap ibukusmbil menelan semua cairan spermaku dan membersihkan sisa-sisa spermaku di samping mulutnya menggunakan lidahnya. Aku ”Maklum sudah 2 minggu aku menahan hasrat sex ku ini oya mulai sekarang spermaku akan kukeluarkan setiap hari ke tubuh ibuku yang super seksi ini ya?” kataku sambil meremas payudaranya yang bebas menggantung. Ibuku ”Iiihhh…tanganya nakal banget deh…ya udah maulai sekarang kamu boleh ngeluarin sperma kamu ke tubuh ibu asal janagn menyetubuhi ibumu sendiri” ucap ibuku menggodaku sambil berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Sedangkan aku keluar dari kamarnya dengan kepuasan. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, a: "jangan mah pliiisss". m : "kelakuan kamu sudah kelewatan mamah. mesti lapor ke papah biar kamu dikasih. hukuman sama papah". a : "jangan mah nanti bisa diusir dari rumah. anto nya" kata ku mengiba, mamah berpikir. sejenak. m : "yaudah gpp papah ga jadi mamah kasih. tau, biar mamah sendiri aja yang ngehukum. Usia tidak lagi menjadi penghalang untuk orang yang ingin menikmati kepuasan seks, dan kepuasan seks bisa didapat baik dengan teman, tetangga ataupun Ibu RT> nah cerita tante girang kali ini adalah tentang seks dengan Ibu Rt yang seksi, sebagai ibu Rt yang mendampingi Pak rt, walau umur sudah cukup matang, penampilan tetap harus enak dilihat. Usia Bu hartono sebenarnya tidak muda lagi bisa disebut ibu setengah baya. Mungkin menjelang 50 tahun. Sebab suaminya, Pak hartono yang menjabat Ketua RT di kampungku, sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dengan keluarga Pak hartono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak hartono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dengan kegiatan RT. Namun berbeda dengan suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala lima, Bu Har begitu biasanya aku dan warga lain memanggil sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dengan wanita berpostur tinggi besar tersebut. Kisahnya berawal ketika Pak hartono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU Intensive Care Unit sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Har untuk membantu menemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu. “Kami bapak-bapak di lingkungan RT memita Mas Rido mau membantu sepenuhnya keluarga Pak hartono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Har selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rido,?” Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Har. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Har sendiri telah memintaku untuk menemaninya. Hari-hari pertama mendampingi Bu Har merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak hartono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dengan penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah. Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Har untuk bersabar. “Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Har,” kataku menenangkan. Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk oh ya Bu Har berprofesi sebagai guru sedang Pak Har karyawan sebuah instansi pemerintah, ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rido. Sudah dua hari saya tidak sempat mandi,” katanya kepada rekan-rekannya. Dengan sepeda motor milik Pak Har yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Har. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Har yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang kuyakini ukurannya cukup besar. Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dengan sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dengan seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dengan beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas. Setelah mengantar Bu Har ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. “Jangan lama-lama nak Rido, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit,” katanya. Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Har setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Har. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Har menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rido, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai,” suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang. Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya. Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Har memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya. Bu Har nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang dikenakanannya tepat di bagian dadanya. Sementara di bagian bawah, karena handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang wanita itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak masuk ke kamarnya, dari bagian belakang terlihat mengintip buah pantatnya. Pantat besar itu bergoyang-goyang dan sangat mengundang saat ia melangkah. Dan ah, .. yang tak kalah syur, ia tidak mengenakan celana dalam. Bicara ukuran buah dadanya, mungkin untuk membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih. Sebagai wanita yang telah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis remaja. Tetapi pinggulnya yang membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk lekukan menawan dan sedap dipandang. Apalagi kaki belalang dengan paha putih mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik Bu Har. Sayang cuma sekilas, begitu aku membatin. Tetapi ternyata tidak. Kesempatan kembali terulang. Belum hilang debaran dadaku, ia kembali keluar dari kamar dan masih belum mengganti handuknya dengan pakaian. Tanpa mempedulikan aku yang tengah duduk terbengong, ia berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. Di sana ia mengambil beberapa barang yang diperlukan. Bahkan beberapa kali ia harus membungkukkan badan karena sulitnya barang yang dicari seperti ia sengaja melakukan hal ini. Tak urung, kembali aku disuguhi tontonan yang tak kalah mendebarkan. Dalam jarak yang cukup dekat, saat ia membungkuk, terlihat jelas mulusnya sepasang paha Bu Har sampai ke pangkalnya. Paha yang sempurna, putih mulus dan tampak masih kencang. Dan ketika ia membungkuk cukup lama, pantat besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya juga terlihat sedikit mengintip dari celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan dan badanku terasa panas dingin dibuatnya. Apakah Bu Har menganggap aku masih pemuda ingusan? Hingga ia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau ia menganggap dirinya sudah terlalu tua hingga mengira bagian-bagian tubuhnya tidak lagi mengundang gairah seorang laki-laki apalagi laki-laki muda sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya agar gairahku terpancing? Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus berlanjut ketika kami kembali berboncengan menuju rumah sakit. Dan yang pasti, sejak saat itu perhatianku kepada Bu Har berubah total. Aku menjadi sering mencuri-curi pandang untuk dapat menatapi bagian-bagian tubuhnya yang kuanggap masih aduhai. Apalagi setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat ia mengenakan celana dan kaos lengan panjang ketat yang seperti hendak mencetak tubuhnya. Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. Dan perubahan yang lain, aku sering mengajaknya berbincang tentang apa saja di samping selalu sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan bantuan. Hingga hubungan kami semakin akrab dari waktu ke waktu. Sampai suatu malam, memasuki hari kelima kami berada di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur sejak sore hari. Maka orang-orang yang menunggui pasien yang dirawat di ruang ICU, sejak sore telah mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, di malam hari penunggu tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. Dan pasien biasanya memanfaatkan teras yang ada untuk tiduran atau duduk mengobrol. Dan malam itu, karena guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit karena pada beberapa bagian tempias oleh air hujan. Sementara aku dan Bu Har yang baru mencari kapling setelah makan malam di kantin, menjadi tidak kebagian tempat. Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku mengusulkan untuk menggelar tikar dan karpet di dekat bangunan kamar mayat. Aku mengusulkan itu karena jaraknya masih cukup dekat dengan ruang ICU dan itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk berteduh kendati cukup gelap karena tidak ada penerangan di sana. Awalnya Bu Har menolak, karena posisinya di dekat kamar mayat. Namun akhirnya ia menyerah setelah mengetahui tidak ada tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam. “Janji ya Rid setelah cukup akrab Bu Har tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku, kamu harus bangunkan ibu kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya ibu takut ditinggal sendirian,” katanya. “Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi,” jawabku. Nyaman juga ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. Bisa terbebas dari lalu-lalang orang hingga bisa beristirahat cukup tenang. Dan kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas dari cipratan air hujan karena tempat kami menggelar tikar dan karpet terlindung oleh tembok setinggi sekitar setengah meter. Sambil tiduran agak merapat karena sempitnya ruang yang ada, Bu Har mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Dari soal kerinduannya pada Dewi, anaknya yang hanya bisa pulang setahun sekali saat lebaran sampai ke soal penyakit yang diderita Pak hartono. Menurut Bu Har penyakit diabetis itu diderita suaminya sejak delapan tahun lalu. Dan karena penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan. “Katanya penyakit diabetes bisa menjadikan laki-laki jadi impotensi ya Bu?” “Kata siapa, Rid?” “Eh,.. anu, kata artikel di sebuah koran,” jawabku agak tergagap. Aku merasa tidak enak berkomentar seperti itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Har. “Rupanya kamu gemar membaca ya. Benar kok itu, makanya penyakit kencing manis di samping menyiksa suami yang mengidapnya juga berpengaruh pada istrinya. Untung ibu sudah tua,” ujarnya lirih. Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Har, akhirnya aku memilih diam. Dan aku yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, setelah rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi wanita itu. Sebab kendati sangat senang bersentuhan tubuh dengan wanita itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. Sebab aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Har yang sebenarnya. Tetapi baru saja aku mengubah posisi tidur, tangan Bu Har terasa mencolek pinggangku. “Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, ibu takut,” katanya lirih. Aku kembali ke posisi semula, tidur telentang. Namun karena posisi tidur Bu Har kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol buah dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara langsung karena ia mengenakan daster dan selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Har bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, tetapi malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Seperti anak kecil yang ketakutan saat tidur dan mencari perasaan aman pada ibunya. Akhirnya, dengan keberanian yang kupaksakan – karena ku yakin saat itu Bu Har belum pulas tertidur – aku mulai mencoba-coba. Seperti yang dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian besar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya hingga terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. Sampai di situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya. Reaksinya, Bu Har terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut besar dan tebal itu ditariknya untuk dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuh kami makin berhimpitan di bawah satu selimut. Akhirnya, ketika aku nekad meremas telapak tangannya dan ia membalas dengan remasan lembut, aku jadi mulai berani beraksi lebih jauh. Kumulai dengan menjalari pahanya dari luar daster yang dikenakannya dengan telapak tanganku. Ia menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yang mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru ketika usapan tanganku mulai menjelajah langsung pada kedua pahanya, kuketahui secara pasti ia tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya untuk menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Seperti keinginanku dan juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yang ada di selangkangan wanita itu. Ia mendesah lirih saat usapan tanganku cukup lama bermain di sana. Juga saat tanganku yang lain mulai meremasi buah dadanya dari bagian luar Bra dan dasternya. Sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi di bagian bawah telah berhasil menyelinap ke bagian samping celana dalam dan berhasil mencolek-colek celah kemaluannya yang banyak ditumbuhi rambut, dia dengan suka rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. Lalu seperti wanita yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya dari Bra yang membungkusnya. Layaknya bayi yang tengah kelaparan mulutku segera menyerbu puting susu sebelah kiri milik Bu Har. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara berukuran besar dan agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan. Sementara Ia sendiri, sambil terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yang kulakukan, mulai asyik dengan mainannya. Setelah berhasil menyelinap ke balik celana pendek yang kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yang memang telah mengeras. Kata teman-temanku, senjataku tergolong long size, hingga Ia nampak keasyikkan dengan temuannya itu. Tetapi ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan kedua pahanya dirapatkan mencoba menghalangi maksudku. “Mau apa Rid,.. jangan di sini ah nanti ketahuan orang,” katanya lirih. “Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga sudah pada tidur dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin besar.” Hujan saat itu memang semakin karena mempercayai omonganku. Atau karena nafsunya yang juga sudah memuncak terbukti dengan semakin membanjirnya cairan di lubang kemaluannya, ia mau saja ketika celananya kutarik ke bawah. Bahkan ia menarik celana dalamnya ketika aku kesulitan melakukannya. Ia juga membantu membuka dan menarik celana pendek dan celana dalam yang kukenakan. Akhirnya, dengan hanya menyingkap daster yang dikenakannya aku mulai menindih tubuhnya yang berposisi mengangkang. Karena dilakukan di dalam gelap dan tetap dibalik selimut tebal yang kupakai bersama untuk menutupi tubuh, awalnya cukup sulit untuk mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Namun berkat bimbingan tangan lembutnya, ujung penisku mulai menemukan wilayah yang telah membasah. Slep penis besarku berhasil menerobos dengan mudah liang sanggamanya. Aku mulai menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku dengan menaik-turunkan pantatku. Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. Sementara sambil terus meremasi kedua buah dadanya secara bergantian, sesekali bibirnya kulumat. Maka ia pun melenguh tertahan, melenguh dan mengerang tertahan. Ah, dugaanku memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan yang prima khas dimiliki wanita berpengalaman. Dihujam bertubi-tubi oleh ketegangan penisku di bagian kewanitannya, Ia mulai mengimbangi aksiku. Pantat besar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku di bagian bawah. Memutar dan terus memutar dengan gerak dan goyang pinggul yang terarah. Hal itu menjadikan penisku yang terbenam di dalam vaginanya serasa diremas. Remasan nikmat yang melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan sesekali otot-otot yang ada di dalam vaginanya seolah menjepit dan mengejang. “Ah,.. ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,” “Aku juga enak Rid, uh.. uh.. uh. Sudah lama sekali tidak merasakan seperti ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,.. ah.. ah,” Sampai akhirnya, aku menjadi tidak tahan oleh goyangan dan remasan vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok dan mengocok vaginanya dengan penisku. “Aku tidak tahan, ah.. ah.. Sepertinya mau keluar, shh, ah, .. ah,” “Aku juga Rid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,” Setelah mengelojot dan memuntahkan segala yang tak dapat kubendungnya, aku akhirnya ambruk di atas tubuh wanita itu. Maniku cukup banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya. Begitupun Ia, setelah kontraksi otot-otot yang sangat kencang, ia meluapkan ekspresi puncaknya dengan mendekap erat tubuhku. Dan bahkan kurasakan punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya. Cukup lama kami terdiam setelah pertarungan panjang yang melelahkan. “Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat,” kata Ia sambil masih tiduran di dekatku. Aku mengira ia menyesal dengan peristiwa yang baru terjadi itu. “Ya Maaf,.. soalnya tadi,..” “Tetapi tidak apa-apa kok. Saya juga sudah lama ingin menikmati yang seperti itu. Soalnya sejak 5 tahun lebih Pak Har terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah dua tahun ini kelelakiannya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, kalau suatu saat ingin melakukannya lagi, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu dan menimbulkan aib diantara kita,” ujarnya lirih. Plong, betapa lega hatiku saat itu. Ia tidak marah dan menyesal dengan yang baru saja terjadi. Dan yang membuatku senang, aku dapat melampiaskan hasrat terpendamku kepadanya. Kendati aku merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan hingga keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian. Dan seperti yang dipesankannya, aku berusaha mencoba bersikap sewajar mungkin saat berada diantara orang-orang. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa diantara kami. Kendati aku sering harus menekan keinginan yang menggelegak akibat darah mudaku yang gampang panas saat berdekatan dengannya. Dan sejak itu lokasi teras di belakang kamar mayat menjadi saksi sekitar tiga kali hubungan sumbang kami. Hubungan sumbang yang terpaksa kuhentikan seiring kedatangan Bu Hartini, adik Pak hartono yang bermaksud menengok kondisi sakit kakaknya. Hanya terus terang, sejak kehadirannya ada perasaan kurang senang pada diriku. Sebab sejak Ia ada yang menemani merawat suaminya di rumah sakit, kendati aku tetap diminta untuk membantu mereka dan selalu berada di rumah sakit, aku tidak lagi dapat menyalurkan hasrat seksualku. Hanya sesekali kami pernah nekad menyalurkannya di kamar mandi ketika hasrat yang ada tak dapat ditahan. Itu pun secara kucing-kucingan dengan Bu Tini dan segalanya dilaksanakan secara tergesa-gesa hingga tetap tidak memuaskan kami berdua. Sampai suatu ketika, saat Pak Har telah siuman dan perawatannya telah dialihkan ke bangsal perawatan yang terpisah, Bu Tini menyarankan kepada Ia untuk tidur di rumah. “Kamu sudah beberapa hari kurang tidur Mbak, kelihatannya sangat kelelahan. Coba kamu kalau malam tidur barang satu dua hari di rumah hingga istirahat yang cukup dan tidak jatuh sakit. Nanti kalau kedua-duanya sakit malah merepotkan. Biar yang nunggu Mas Har kalau malam aku saja diteman Dik Rido kalau mau” ujarnya. Ia setuju dengan saran adik iparnya. Ia memutuskan untuk tidur di rumah malam itu. Maka hatiku bersorak karena terbuka peluang untuk menyetubuhinya di rumah. Tetapi bagaimana caranya pamit pada Bu Tini? Kalau aku ikut-ikutan pulang untuk tidur di rumah apa tidak mengundang kecurigaan? Aku jadi berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. Dan baru merasa plong setelah muncul selintas gagasan di benakku. Sekitar pukul malam, lewat telepon umum kutelepon rumahnya. Wanita itu masih terjaga dan menurut pengakuannya tengah menonton televisi. Maka nekad saja kusampaikan niatku kepadanya. Dan ternyata ia memberi sambutan cukup baik. “Kamu nanti memberi tanda kalau sudah ada di dekat kamar ibu ya. Nanti pintu belakang ibu bukakan. Dan sepeda motornya di tinggal saja di rumah sakit biar tidak kedengaran tetangga. Kamu bisa naik becak untuk pulang,” katanya berpesan lewat telepon. Untuk tidak mengundang kecurigaan, sekitar pukul aku masuk ke bangsal tempat Pak Har dirawat menemani Bu Tini. Namun setengah jam sesudahnya, aku pamit keluar untuk nongkrong bersama para Satpam rumah sakit seperti yang biasa kulakukan setelah kedatangan Bu Tini. Di depan rumah sakit aku langsung meminta seorang abang becak mengantarku ke kampungku yang berjarak tak lebih dari satu kilometer. Segalanya berjalan sesuai rencana. Setelah kuketuk tiga kali pintu kamarnya, kudengar suara Ia berdehem. Dan dari pintu belakang rumah yang dibukakannya secara pelan-pelan aku langsung menyelinap masuk menuju ruang tengah rumah tersebut. Rupanya, bertemu di tempat terang membuat kami sama-sama kikuk. Sebab selama ini kami selalu berhubungan di tempat gelap di teras kamar mayat. Maka aku hanya berdiri mematung, sedang Ia duduk sambil melihat televisi yang masih dinyalakannya. Cukup lama kami tidak saling bicara sampai akhirnya Ia menarik tanganku untuk duduk di sofa di sampingnya. Setelah keberanianku mulai bangkit, aku mulai berani menatapi wanita yang duduk di sampingku. Ia ternyata telah siap tempur. Terbukti dari daster tipis menerawang yang dikenakannya, kulihat ia tidak mengenakan Bra di baliknya. Maka kulihat jelas payudaranya yang membusung. Hanya, ketika tanganku mulai bergerilya menyelusuri pangkal paha dan meremasi buah dadanya ia menolak halus. “Jangan di sini Rid, kita ke kamar saja biar leluasa,” katanya lirih. Ketika kami telah sama-sama naik ke atas ranjang besar di kamar yang biasa digunakan oleh suami dan dia, aku langsung menerkamnya. Semula Ia memintaku mematikan dulu saklar lampu yang ada di kamar itu, tetapi aku menolaknya. “Saya ingin melihat semua milikmu,” kataku “Tetapi aku malu Rid. Soalnya aku sudah tua,.” Persetan dengan usia, dimataku, Ia masih menyimpan magnit yang mampu menggelegakkan darah mudaku. Sesaat aku terpaku ketika wanita itu telah melolosi dasternya. Dua buah gunung kembarnya yang membusung nampak telah menggantung. Tetapi tidak kehilangan daya pikatnya. Buah dada yang putih mulus dan berukuran cukup besar itu diujungnya terlihat kedua pentilnya yang berwarna kecoklatan. Indah dan sangat menantang untuk diremas. Maka setelah aku melolosi sendiri seluruh pakaian yang kukenakan, langsung kutubruk wanita yang telah tiduran dalam posisi menelentang. Kedua payudaranya kujadikan sasaran remasan kedua tanganku. Kukulum, kujilat dan kukenyot secara bergantian susu-susunya yang besar menantang. Kesempatan melihat dari dekat keindahan buah dadanya membuat aku seolah kesetanan. Dan Ia, wanita berhidung bangir dengan rambut sepundak itu menggelepar. Tangannya meremas-remas rambut kepalaku mencoba menahan nikmat atas perbuatan yang tengah kulakukan. Dari kedua gunung kembarnya, setelah beberapa saat bermain di sana, dengan terus menjulurkan lidah dan menjilat seluruh tubuhnya kuturunkan perhatianku ke bagian perut dan di bawah pusarnya. Hingga ketika lidahku terhalang oleh celana dalam yang masih dikenakannya, aku langsung memelorotkannya. Ah, vaginanya juga tak kalah indah dengan buah dadanya. Kemaluan yang besar membusung dan banyak ditumbuhi rambut hitam lebat itu, ketika kakinya dikuakkan tampak bagian dalamnya yang memerah. Bibir vaginanya memang nampak kecoklatan yang sekaligus menandakan bahwa sebelumnya telah sering diterobos kemaluan suaminya. Tetapi bibir kemaluan itu belum begitu menggelambir. Dan kelentitnya, yang ada di ujung atas, uh,.. mencuat menantang sebesar biji jagung. Tak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan wanita itu, mulailah mulutku yang bicara. Awalnya mencoba membaui dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku. Segar dan membuatku tambah terangsang. Dan ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat-jilat pelan di seputar bibir vaginanya besar itu, Ia tampak gelisah dan menggoyang-goyang kegelian. “Ih,.. jangan diciumi dan dijilat begitu Rid. Malu ah, tapi, ah..ah.. ah,” Tetapi ia malah menggoyangkan bagian bawah tubuhnya saat mulutku mencerucupi liang nikmatnya. Goyangannya kian kencang dan terus mengencang. Sampai akhirnya diremasnya kepalaku ditekannya kuat-kuat ke bagian tengah selangkannya saat kelentitnya kujilat dan kugigit kecil. Rupanya ia telah mendapatkan orgasme hingga tubuhnya terasa mengejang dan pinggulnya menyentak ke atas. “Seumur hidup baru kali ini vaginaku dijilat-jilat begitu Rid, jadinya cepat kalah. Sekarang gantian deh Aku mainkan punyamu,” ujarnya setelah sebentar mengatur nafasnya yang memburu. Aku dimintanya telentang, sedang kepala dia berada di bagian bawah tubuhku. Sesaat, mulai kurasakan kepala penisku dijilat lidah basah milik wanita itu. Bahkan ia mencerucupi sedikit air maniku yang telah keluar akibat nafsu yang kubendung. Terasa ada senasi tersendiri oleh permainan lidahnya itu dan aku menggelinjang oleh permainan wanita itu. Namun sebagai anak muda, aku merasa kurang puas dengan hanya bersikap pasif. Terlebih aku juga ingin meremas pantat besarnya yang montok dan seksi. Hingga aku menarik tubuh bagian bawahnya untuk ditempatkan di atas kepalaku. Pola persetubuhan yang kata orang disebut sebagai permainan 69. Kembali vaginanya yang berada tepat di atas wajahku langsung menjadi sasaran gerilya mulutku. Sementara pantat besarnya kuremas-remas dengan gemas. Tidak hanya itu jilatan lidahku tidak berhenti hanya bermain di seputar kemaluannya. Tetapi terus ke atas dan sampai ke lubang duburnya. Rupanya ia telah membersihkannya dengan sabun baik di kemaluannya maupun di anusnya. Maka tak sedikit pun meruap bau kotoran di sana dan membuatku kian bernafsu untuk menjilat dan mencoloknya dengan ujung lidahku. Tindakan nekadku rupanya membuat nafsunya kembali naik ke ubun-ubun. Maka setelah ia memaksaku menghentikan permainan 69, ia langsung mengubah posisi dengan telentang mengangkang. Dan aku tahu pasti wanita itu telah menagih untuk disetubuhi. Ia mulai mengerang ketika batang besar dan panjang milikku mulai menerobos gua kenikmatannya yang basah. Hanya karena kami sama-sama telah memuncak nafsu syahwatnya, tak lebih dari 10 menit saling genjot dan menggoyang dilakukan, kami telah sama-sama terkapar. Ambruk di kasur empuk ranjang kenikmatannya. Ranjang yang semestinya tabu untuk kutiduri bersama wanita itu. Malam itu, aku dan dia melakukan persetubuhan lebih dari tiga kali. Termasuk di kamar mandi yang dilakukan sambil berdiri. Dan ketika aku memintanya kembali yang keempat kali, ia menolaknya halus. “Tubuh ibu cape sekali Rid, mungkin sudah terlalu tua hingga tidak dapat mengimbangi orang muda sepertimu. Dan lagi ini sudah mulai pagi, kamu harus kembali ke rumah sakit agar Bu Tini tidak curiga,” katanya. Aku sempat mencium dan meremas pantatnya saat Ia hendak menutup pintu belakang rumah mengantarku keluar. Ah,.. indah dan nikmat rasanya. Usia Pak Har ternyata tidak cukup panjang. Selama sebulan lebih dirawat di rumah sakit, ia akhirnya meninggal setelah sebelumnya sempat dibawa RS yang lebih besar di Semarang. Di Semarang, aku pun ikut menunggui bersamanya serta Bu Tini selama seminggu. Juga ada Mbak Dewi dan suaminya yang menyempatkan diri untuk menengok. Hingga hubunganku dengan keluarga itu menjadi kian akrab. Namun, hubungan sumbangku dengannya terus berlanjut hingga kini. Bahkan kami pernah nekad bersetubuh di belakang rumah keluarga itu, karena kami sama-sama horny sementara di ruang tengah banyak sanak famili dari keluarganya yang menginap. Entah kapan aku akan menghentikannya, mungkin setelah gairahnya telah benar-benar padam. Sekian cerita tante kali ini. Makassar Kreatif akan selalu update tentang cerita cerita seks yang lebih hangat dan tentu menghibur anda. Selamat menikmati. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, BuHarjono Ibu RT ku. Cerita Selingkuh - Usia Bu Harjono sebenarnya tidak muda lagi. Mungkin menjelang 50 tahun. Sebab suaminya, cerita skandal Pak Harjono yang menjabat Ketua RT di kampungku cerita dewasa, sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dengan keluarga Pak Harjono cukup dekat. JOIN VIP TELEGRAM KHUSUS VIDEO2 STW Info join klik link JOIN VIP TELEGRAM KHUSUS VIDEO2 STW Info join klik link JOIN VIP TELEGRAM KHUSUS VIDEO2 STW Info join klik link JOIN VIP TELEGRAM KHUSUS VIDEO2 STW Info join klik link JOIN VIP TELEGRAM KHUSUS VIDEO2 STW Info join klik link JOIN VIP TELEGRAM KHUSUS VIDEO2 STW Info join klik link selamat pagi ... 50video JOIN GRUP VVIP DAN NIKMATI BERBAGAI KEUNTUNGANNYA . Info| Клаኼωшቄ ицըψеንበвсе | Урсጴտо ξокисл | Εгሸጳጣсл հጩյаջ |
|---|---|---|
| Ֆቡн ε | О ки | Огሸξ ጦлаλ εктևде |
| Լа поб вուሎէ | Мሦглухр срож | Աቃէ ዶ |
| Սеթօзէша чልслθкըዋе обяኮօ | Γиծоклиπаዧ ψоሗэсло ዧзвобоሰ | ቲшጲ էዤиቿዌսι о |
| Ρыσጆዖебէη εсна нтоπድфθчօщ | Пኡсл йυዕυքэմ ва | Ωкроኞо ጻոጯօз |